EDUPUBLIK, Kab Bandung – Nuansa baru peringatan detik-detik Kemerdekaan RI ke-76 pada 17 Agustus 2021 di tengah suasana pandemi Covid -19, di Kawasan Bukit Ekowisata dan Budaya Alam Santosa di Desa Cikadut, Kecamatan Cimenyan Kabupaten Bandung di tengah suasana ‘prokes’ ketat. Gelaran ini dikoordinir oleh Ketua DPP Gerakan Hejo yang juga Sekjen BOMA (Baresan Olot Masyarakat Adat) Jawa Barat, Eka Santosa. Secara umum gelarannya, berlangsung khidmat dan semarak. Kesemarakan itu, di antaranya karena tiba-tiba hadir maestro pelukis Umar Sumarta (73) didampingi kolektornya Djen Himawan. Dan di akhir sesi Umar Sumarta sempat melukis secara spontan, dengan judul ‘Semar Kuncung Pakuning Alam’ (60 X 80 cm, acrylic on canvas):
“Yang spesial hari ini inspektur upacaranya Dr. Abdy Yuhana, SH., MH anggota DPRD Jabar. Juga hadir tadi, ini sebuah kehormatah dari DPP Persatuan Alumni Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (PA GMNI), Prof. Dr. Nanang Tyas Puspito. Kita tahu Pak Nanang Tyas yang juga guru besar dari Teknik Geofisika ITB, sempat memberi wejangan tentang Pendidikan dan pencegahan korupsi, seusai kegiatan sakral ini,” jelas Eka Santosa sambil menambahkan – “Di tengah kemerdekaan ini, masihlah kita perlu mengingatkan betapa bahayanya praktik korupsi, utamanya bagi generasi muda.”
Ditelaah lebih jauh ucapan Eka Santosa yang terakhir itu merujuk pada ujaran dari Nanang Tyas sebelumnya masih di acara ini, yakni pentingnya entitas di negeri kita:”Kehidupan bernegara yang bebas dari KKN apalagi korupsi adalah salah satu amanat penting dari reformasi 1998. Ke depan harus terus dijaga dan dikembangkan.”
Pantauan redaksi upacara yang terbilang khas karena secara spontan diikuti berbagai elemen masyarakat seperti dari unsur pendidikan di antaranya FAGI (Forum Aksi Guru Indonesia), pencinta lingkungan ZABRA yang berdiri sejak 14 Februari 1982 diinisiasi 9 mahasiswa AIK Bandung, perwakilan warga di sekitar Kecamatan Cimenyan, representasi warga peduli sampah yang meluncurkan mesin ramah lingkungan StungtaXPindad dari Hejotekno, belakangan dihadiri juga oleh anggota PA GMNI lainnya seperti Syarif Bastaman, Andi Talman Nitidisastra, dan mantan Ketua KPU Jabar, Yayat Hidayat, plus Pam Riadi yang membawa beberapa krew pembuatan film Kabayan Milenial.
“Suasana seperti inilah yang kami inginkan. Masing-masing pihak, merasa bersatu di Alam Santosa tanpa ada sekat, tadi ada para guru dan itu pelukis Umar Sumarta ternyata dulunya guru juga ya?. Yang penting, Indonesia itu satu !” kata Agus Warsito, Sekjen DPP Gerakan Hejo.
Nanang Tyas & Abdi Yuhana
Di tengah suasana negeri kita yang mengalami perayaan 17 Agustus 1945 untuk kedua kalinya pada tahun 2021 ini, bagi kedua tokoh Jawa Barat maupun tokoh nasional kali ini, ada hal yang mampu meninggalkan bekas mendalam. Kepada redaksi secara khusus kembali Nanang Tyas yang dalam 12 tahun terakhir ini kerap bergelut dalam gerakan pendidikan anti korupsi khususnya di kalangan generasi muda mengutarakan optimism. Katanya, sejauh mereka dibekali dan diingatkan betapa bahayanya perilaku korupsi:
“Korupsi kecil-kecilan seperti selalu telat pergi ke sekolah, atau perilaku lainnya yang tak terpuji, perlu terus diingatkan. Saya suka memberi kuliah tak tepat waktu, ini juga korupsi. Fenomena ini perlu dihilangkan agar kita menjadi negara yang efesien, dan efektip dalam segala program pembangunannya. Karena itu, generasi muda, ingatlah selalu akan bahaya korupsi!”
Sementara itu Abdi Yuhana dalam wejangan singkat usai peringatan 17 Agustus yang menurutnya sangat special, dirinya menyatakan jadilah peran kita masing-masing dalam kehidupan berbangsa dan bernegara idealnya, harus selalu dalam kategori yang baik.
“Di sini banyak yang menjadi guru termasuk pelukis Pak Umar Sumarta tadi, jadilah guru yang baik. Begitu pun bila menjadi budayawan, jadilah budayawan yang baik. Lalu bila menjadi politisi, jadilah politisi yang baik, meskipun hal itu sulit terjadi …”, ujarnya sambil tersenyum yang disambut hadirin dengan sedikit tertawa, yang akhirnya ditutup pekik merdeka! [hr]