EDUPUBLIK, Kab Sumedang – Dansektor 21 Satgas Citarum memutuskan untuk membuka kembali tutupan (coran) pada lubang pembuangan limbah PT Central Sandang Prima (CSP), karena mampu menunjukkan hasil pengolahan limbah jauh lebih jernih dan terdapat ikan yang hidup di kolam di ujung outlet pengolahan Ipalnya.
Itu diketahui saat Dansektor 21 beserta anggotanya dan petugas Dinas Lingkungan Hidup Sumedang meninjau ulang pengolahan limbah perusahaan yang berlokasi di Jalan Raya Rancaekek, Kabupaten Sumedang, Senin, (1/10/2018). Di lokasi pengolahan limbah, Direktur perusahaan bersama Satgas membuktikan secara langsung hasil pengolahan limbah yang lebih jernih dan terdapat ikan yang hidup di kolam.
Dijelaskan Andre, selaku Direktur PT CSP mengatakan bahwa sejauh ini pihaknya terus melakukan pembenahan IPAL guna mendukung program citarum harum sesuai amanah Perpres 15 Tahun 2018. “Ini sebagai komitmen kami sebagai bentuk dukungan terhadap program yang dijalankan bapak presiden jokowi melalui citarum harum,” ujarnya.
Saat ini, kata Andre, dengan hasil limbah seperti ini perusahaan dapat merecycle air limbah sebesar 50 persen. Pihaknya menyadari, dengan memaksimalisasi pengolahan hingga menghasilkan limbah sejernih ini mengeluarkan biaya tambahan yang cukup besar, adalah bentuk komitmen perusahaan dalam menjaga kelestarian lingkungan, khususnya ekosistem sungai, “Kami berusaha untuk terus berupaya konsisten dalam menjaga ekosistem sungai melalui limbah yang sesuai dan tidak membahayakan lingkungan,” janjinya.
Sebelumnya, perusahaan ini sejak beberapa bulan lalu 2018 dilakukan penutupan lubang limbahnya oleh Satgas Sektor 21 karena membuang limbah yang kotor. Bahkan IPAL yang berkapasitas 1800 kubik itu tak hanya digunakan oleh PT CSP saja, tetapi digunakan sebagai pengolahan limbah perusahaan lain, yakni PT Koriester yang berada satu area dengan PT CSP.
Sejak dilakukan penutupan lubang pembuangan limbah, kedua pabrik yang memanfaatkan IPAL secara bersama otomatis berhenti produksi. Karena ingin bertanggung jawab secara langsung terhadap limbahnya, PT Koriester akhirnya memutuskan untuk memiliki IPAL dengan melakukan pembangunan IPAL mandiri untuk pabriknya.
Ditemui ditempat yang sama, Ratmi selaku general manajer PT Koriester mengatakan saat ini sudah 80 persen menyelesaikan pembangunan IPAL yang akan menggunakan metode Kimia dan Fisika, “Sejauh ini sudah 80 persen, kapasitas pengolahan 700 kubik, dan kapasitas Inlet 900 kubik,” ujar Ratmi.
“Bulan depan insya allah sudah mulai dilakukan trial (uji coba-red), kalo sudah selesai pembangunan dan trial selanjutnya memproses perijinan IPLC,” tambah Aep, selaku operator IPAL PT Koriester.
“Dengan memiliki pengolahan IPAL secara mandiri dan dikelola hingga menghasilkan limbah yang sesuai apa yang diinginkan satgas, nantinya agar kemudahan proses perijinan IPLC juga dilancarkan oleh dinas terkait,” harap Ratmi.
Sementara, Dansektor 21 Kol Inf Yusep Sudrajat menyatakan terima kasih atas upaya yang dilakukan oleh pihak perusahaan dalam melakukan pembenahan pengolahan limbahnya.
“Pada prinsipnya, satgas tidak ingin membunuh pelaku industri, jika perusahaan beritikad baik dan melakukan percepatan pembenahan pengolahan limbahnya, itu sudah mendukung program citarum harum,” ujar Dansektor 21.
Ditempat yang sama, petugas Dinas LH Kab Sumedang, Budi mengatakan bahwa, “dengan hasil yang diinginkan Dansektor dan kesanggupan yang ditunjukkan oleh perusahaan, meski melebihi dari 9 parameter yang ditentukan oleh LH artinya itu menjadi hal yang baik dan perlu dicontoh perusahaan lain,” paparnya.[ Sa]